the story of a lady and a young woman

Betel Nut : From Myanmar to Papua New Guinea

Filed under: Emak-General | Tags: | February 16th, 2005
Post

Back in November, 2003 – Syl sudah pernah menulis mengenai budaya orang Myanmar mengunyah sirih. Geez, November 2003? I have been blogging for quite a while, haven’t I?.

Mungkin sebagian dari pembaca setia blog ini yang sudah mengenal kami cukup lama sudah pernah membacanya. Tapi, kali ini akan diangkat kembali cerita mengenai budaya nyirih ini karena ternyata hal yang sama juga ternyata dilakukan di negara tetangga terdekat Indonesia bagian timur, Papua Nugini or Papua New Guinea.

Apa penyebab tiba-tiba pingin diangkat lagi mengenai sirih-menyirih ini?

It was 5.45 in the morning, I am now back on track again. Back on track? Ya, back in doing my regular exercise every morning as recommended by the doctor – pilihan yang mudah adalah by doing a brisk walk. Hey, do you know that Walking is one of the easiest ways to exercise. You can do it almost anywhere and at any time. Walking is also inexpensive. All you need is a pair of comfortable shoes. Walking will:

  • Give you more energy
  • Make you feel good
  • Help you to relax
  • Reduce stress
  • Help you sleep better
  • Tone your muscles
  • Help control your appetite
  • and many more.
  • While doing the exercise in the fitness center which has TVs – BBC News meliput interesting coverage (for me) dimana orang-orang di Papua New Guinea ternyata juga mempunyai budaya mengunyah sirih – sama dengan orang-orang di Myanmar, the country where I am living now. Pemerintah setempat sedang mencoba to clamp down on the spitting of betel nut in the streets.


    *** Meracik Daun Sirih dan Buah Pinang

    Adalah suatu hal yang sangat common di Myanmar dimana kaum Adam mengunyah sirih – kaum Hawa ada juga sih, tapi tidak sebanyak kaum Adam. Ibu yang jualan permen susu langganan Syl di pasar juga nyirih. Dan sepertinya di tanah air juga masih banyak orang-orang tua kita yang nyirih ya, but it is not so wide-spread like up here or even more in Papua New Guinea. Salah satu bahan untuk nyirih tentunya adalah si Betel Nut atau yang biasa kita kenal dengan nama buah pinang. Nah, si buah pinang inilah yang meninggalkan badly stained burgundy teeth.

    Satu lagi bahan masukan untuk pembaca setia Blog Keluarga Cemara : After nicotine, ethanol and caffeine, Betel Nut is the fourth most widely used drug in the world.

    Pertama kali kaki ini menginjakan kaki di Myanmar, di Yangon International Airport udara yang terhirup rasanya segar sekali karena disini kan masih jauh tuh dengan yang namanya polusi udara. Segar banget gitu loh – tetapi begitu keluar dari ruangan Airport yang ber-AC untuk masuk ke mobil ada lagi bau yang bersensasi lain terhirup. Khas sekali baunya, nyengat-nyengat gimana gitu – sulit dideskripsikan – baru sekali itu rasanya menghirup bau yang khas ini dan terekam masuk ke benak tapi belum ter-grip dengan pasti – bau apa. Beberapa hari kemudian after I visited the market, I knew bau yang terhirup itu adalah bau ramuan nyirih dengan aroma buah pinang yang sangat khas.


    *** Kiri = Tumpukan daun sirih
    *** Kanan = Buah pinang

    Sejarah behind this chewing betel nut di kebudayaan Myanmar : Betel was associated with goodwill, hospitality, friendliness and social enjoyment. Di Papua New Guinea juga begitu ternyata, kalau kita diundang ke rumah seseorang, nah as a gesture of welcome – betel nut dan condiments nya is used as a welcome, seperti layaknya suguhan secangkir kopi atau segelas air.

    Di Myanmar kalau pingin mengunyah buah pinang, sangat murah and mudah didapat dimana-mana – rasanya hampir ditiap sudut jalan ada warung yang jual sirih seperti photo yang terlihat di atas. Ada warung dengan percikan kapur – so pasti itu jual sirih. Supaya rasanya lebih nikmat, bisa ditambahkan cinnamon (kayu manis), camphor (kapur), cloves (cengkeh), atau dried coconut.

    Sensasi yang didapat setelah mengunyah sirih ini katanya bermacam-macam, mulai dari :

  • brightens the face
  • quenches hunger
  • strengthens the teeth
  • gets good feeling, etc.
  • Di Myanmar, at the price of Kyats 5 (Rp.50,- per satuan sudah lengkap : daun sirih, pinang dan kapur sebagai perasa dasar) – benar-benar a very cheap buzz. Of course, it apparently causes cancer, but what does not these days?

    One of the things which I will miss pada suatu hari nanti ketika kami sudah tidak tinggal lagi di Myanmar adalah : sensasi bau khas buah pinang.

    35 Responses

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *