the story of a lady and a young woman

Acar Daun Teh

Filed under: Blurb | Tags: | December 23rd, 2005
Post


Rasanya kalau mendengar kata ‘teh’ asumsi kita selalu langsung ke minuman. Teh memang dapat dibuat menjadi aneka macam minuman. Mulai dari yang enak untuk diminum dalam keadaan hangat, dingin, bahkan belakangan ini beberapa rasa dasar dari beberapa jenis teh sudah banyak yang dicampur untuk untuk membuat berbagai macam kudapan baik yang dingin seperti es krim atau pun aneka kue cake dengan cita rasa teh hijau misalnya.

Di Myanmar, teh selain diolah untuk menjadi minuman juga dapat disantap sebagai makanan ringan. Dalam bahasa Myanmar acar teh ini disebut lephet dibaca dan dilafalkan hampir sama dalam bahasa Indonesia untuk kata lepet sejenis lemper dari beras ketan yang biasanya dibungkus dengan melilitkan daun kelapa, hanya saja cara melafalkan huruf ‘t’ pada kata lephet ini harus terdengar tipis sekali.

Lephet yang juga dikenal dalam bahasa Inggris dengan picked tea leaf atau beberapa teman mencoba menerangkan kepada saya dengan tea leaf salad. Dibuat dari daun teh muda yang dicampur dengan garam dan minyak wijen. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam bambu dan didiamkan selama beberapa waktu untuk melalui proses fermentasi.

Biasanya penyajian lephet ini ditata dalam satu wadah semacam toples lebar berbentuk bundar yang terdiri dari beberapa tempat terpisah. Bagian tengahnya diisi dengan lephet dan selebihnya diisi dengan berbagai aneka kacang-kacangan yang telah digoreng, bawang putih goreng, irisan cabai, udang kering, dan juga biji wijen. Cara menyantapnya adalah dengan mengambil sejumput lephet dengan menggunakan sendok kecil, kemudian celupkan ke aneka kacangan-kacangan atau irisan bawang putih goreng, tergantung selera anda. Karena permukaan dari lephet yang agak basah, kacang-kacangan dan lainnya dapat dengan mudah nempel.

Tetapi ada juga variasi lain dalam menyantap lephet ini selain cara ersebut diatas, yaitu untuk menjadi salah satu bahan campuran dalam pembuatan selada sayuran yang segar. Biasanya dicampur dengan irisan tomat, kol, cabai rawit, bawang putih, perasan air jeruk nipis, udang kering dan kacang-kacangan.

Keberadaan lephet dalam masyarakat Myanmar merupakan sebuah tradisi yang tidak dapat dilepaskan. Lephet selalu disajikan di hampir semua hajatan yang ada di negeri yang terkenal dengan ribuan pagodanya ini. Mulai dari perayaan acara pertunangan, pesta perkawinan, upacara yang diselenggarakan ketika seseorang akan mengabdikan dirinya untuk menjadi biksu dan perayaan-perayaan lainnya.

Lephet dijual di pasar tradisional dengan harga kiloan, begitu juga dengan kacang-kacangan dan sejenisnya. Biasanya kacang-kacangan ini dijual dalam keadaan sudah digoreng dan siap disajikan dalam wadah di rumah untuk menjamu para undangan.

Kalau anda mempunyai kesempatan berkunjung ke Myanmar, jangan lewatkan untuk mencicipi Acar Teh ini. (Sylvie Gill)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *