the story of a lady and a young woman

Renungan

Filed under: Deep inside | Tags: | December 8th, 2005
Post

Tulisan di bawah ini sudah di post sebelum ada kerusakan teknis pada server yang menyebabkan semua photo-photo dan arsip di bulan November hilang.

Sudah sekitar dua bulan terakhir Syl mulai les bahasa Perancis di Centre de Francais, afiliasinya Alliance Francaise de Rangoun yang ada di Yangon (ibu kotanya Myanmar). Belum lama bergabung, tanggal 19 November kemarin mereka punya event peresmian gedung baru. Duta Besar Perancis untuk Myanmar pun terbang ke Mandalay untuk acara ini bersama Counselor of Culture yang ternyata fasih berbahasa Indonesia 😉 . Selain acara peresmian gedung, tamu-tamu yang hadir akan dihibur oleh drama cerita legenda Perancis dengan judul : Barbe Bleu yang dimainkan oleh murid-murid Centre de Francais.

Nah, drama cerita ini selain diperankan langsung dalam bahasa Myanmar juga disampaikan dengan Puppet Show dalam bahasa Perancis. Setiap episode diperankan langsung oleh murid-murid sesuai perannya dan juga oleh Puppet, selang-seling. Puppet nya sejenis wayang golek, hanya saja dikendalikan dari atas oleh tali-tali – ingat bentuk boneka Pinokio ? Mirip. Lihat photo di atas, tampak pementasan Puppet nya. Syl kebagian memainkan Puppet dengan beberapa murid lainnya. Puppet Master pun didatangkan dari Yangon yang sebelumnya juga memandu murid-murid Alliance Francaise de Rangoun untuk drama yang sama beberapa tahun sebelumnya. Latihan dalam kurun waktu kurang lebih 12 hari ke hari H, si Puppet yang ternyata berat plus beberapa gerakan sulit seperti : rebahan, bangun, terpuruk, berkelahi dengan pedang, naik kuda, melempar kunci, bukanlah hal yang mudah bagi orang-orang yang belum pernah memegang Puppet sebelumnya. Hasil jerih payah latihan berbayar pada hari H dimana semuanya berjalan mulus dan lancar. Syl juga jadi lebih mengenal murid-murid dari Section lain yang bahasa Perancis nya kaya air, karena intensed setiap hari ketemu.

Kurang lebih dua minggu latihan terus tiap hari, mingle dengan teman-teman di Centre de Francais yang semuanya orang Myanmar, rasanya keseharian Syl banyak diwarnai dengan hal-hal yang mengetuk hati dan membukakan mata ini lebar-lebar. Centre de Francais ini terletak di dalam compound Panti Asuhan YMCA (lihat photo di atas : diambil beberapa saat sebelum acara dimulai, hey i love the wooden folding chairs so much. Beberapa anak-anak luar yang tinggal sekitar compound YMCA duduk manis, nonton kita latihan terakhir sebelum acara di mulai).

Kadang kala latihan melewati jam 6 sore dimana waktunya makan malam untuk anak-anak panti asuhan. Bel berbunyi tepat jam 6 sore, anak-anak panti berkumpul di ruang makan, masing-masing dengan piring yang terbuat dari kaleng di tangan. Satu orang jalan membagikan makanan kepada anak-anak, nggak kuat banget lihat scene ini….. Ya Allah, terima kasih atas segala Rizki yang telah Engkau limpahkan kepada kami sekeluarga.

Satu saat di sela-sela latihan, ada seorang teman memakai sarung (tradisi berpakaian orang Myanmar baik pria dan wanita) dan Syl melihat beberapa robekan di sarungnya diperbaiki dengan jahitan tangan. Deg! Sekali lagi hati ini di ketuk untuk mensyukuri dengan tumpukan pakaian yang ada di lemari. Kerap sekali keinginan muncul untuk mempunyai baju dengan mode yang begini dan begitu. Atau, ahhh…. baju ini sudah nggak in fashion lagi, mesti beli yang itu dengan style begini. Terima kasih atas segala berkat yang telah Engkau berikan.

Sempat juga ada latihan yang melewati makan siang, Syl ikut jalan kaki keluar bareng sama beberapa teman untuk cari makan siang di warung teh terdekat (catatan: orang Myanmar peminum teh, jadi tea shop begitulah mereka menyebut warung-warung teh yang hampir ada di setiap sudut jalan). Sampai di Tea Shop, Syl pesan sup ayam aja deh yang ada soun nya. Beberapa orang teman memesan nasi, begitu pesanan datang, sekali lagi Syl terenyuh….. sepiring nasi putih dengan sejumput peh (keterangan : sejenis kacang polong berwarna kuning), disantap hanya dengan 2 potong gorengan (sayuran sejenis bayam yang digoreng tepung).

Teringat….. sering kali kita tidak menghabiskan makanan di atas piring, walau berbagai macam lauk pauk tersajikan. Malah terkadang fussy sekali – terlalu banyak maunya, kepingin makan ini dan itu di sana misalnya dan harus begini dan begitu…..

3 Responses

  • Pingback: nyi2

  • Pingback: wendy

  • Pingback: ida

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *