the story of a lady and a young woman

Minatnya Cemara

Filed under: Emak-General | Tags: | October 9th, 2005
Post

Rasanya belum lama Cemara minta belajar piano, bahasa Italy, karate dan melukis. Tinggal di kota kecil seperti Mandalay, kendala bahasa adalah hal utama yang selalu Syl hadapi pas mencarikan guru les dari bidang-bidang yang dia minati. Karena mendapatkan gurunya kadang mudah, tapi tidak semua guru bisa berbahasa Inggris.

Hanya kelas karate dimana Cemara harus terima diajarkan oleh guru-guru yang hanya dapat berbahasa Myanmar. Selebihnya semuanya dipanggilkan private ke tempat kami tinggal dan untungnya dapat juga akhirnya guru yang bisa berbahasa Inggris.

Setelah naik ke kelas 6, banyak les-les di atas yang Syl kurangi, karena pelajaran di sekolahnya yang makin sulit dan Cemara juga mengeluh gurunya lah begini dan begitu atau dalam bahasa ringkes nya, jenuh – but, at least dia sudah coba bidang yang diminatinya dan managed to get the grip of its basic. Tapi seperti karate class, Papap nggak bisa tolerate – dia tetap harus pergi ke karate class nya 3x seminggu – lumayan juga ya kalau dipikir-pikir. Sekalian untuk olahraga, melatih instingnya untuk tetap alert dan tentunya nanti akan sangat berguna untuk menjaga dirinya sendiri.

Nah, selain piano, Cemara juga belajar memainkan alat musik drum sendiri dan dibantu sama Papap yang mahir memainkan drum yang menurut Syl jelimet banget itu, karena semua gerakan di kaki kiri- kanan dan kedua tangan harus kompak. Cemara lumayan tekun belajar drum dengan sering latihan sendiri di waktu luangnya. Bayangkan suasana tempat tinggal kami kalau si Kaka Cemara lagi belajar drum sambil mendengarkan mp3 di kedua telinganya, as if dia the drummer of the song that she listens to.

Satu alat musik lagi belakangan ini yang sedang digandrunginya adalah bass. Dengan berbekal few guidances dari Papap nya, Cemara gigih berlatih sendiri. Melihat jari-jari nya yang di mata Syl masih seperti jari bayi, agak janggal juga melihatnya karena those baby fingers lagi giat membetot senar bass, sakit katanya – tapi dia sekali lagi tekun untuk belajar secara otodidak, secara Papapnya agak kurang mahir untuk alat musik yang satu ini.

Namanya belajar otodidak, tentunya banyak suara-suara sumbang dari betotannya. Furthermore, mengakibatkan polusi suara di apartment kami lumayan cukup tinggi. Resiko.

I love and very proud of you, Girl.

15 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *