the story of a lady and a young woman

Tea : Drink and Eat it too

Filed under: Emak-General | Tags: | March 7th, 2005
Post


Sejauh ini rasanya orang hanya mengenal teh untuk diminum, tapi di Myanmar teh juga dapat disantap sebagai makanan ringan. Lihat photo diatas, bagian paling tengah yang berwarna hijau adalah pickled tea leaf atau biasa juga disebut tea leaf salad atau yang dalam bahasa lokal disini dikenal dengan lepet. Yes, the same pronunciation as our le-pet sejenis lemper dari beras ketan yang biasanya dibungkus dengan cara melilitkan daun kelapa, hanya saja huruf t nya harus tipis terdengarnya – Gosh, I miss le-pet nya Bogor Permai so much by now. Lepet dibuat dari daun teh muda yang dicampur dengan garam dan minyak wijen kemudian dimasukkan ke dalam bambu dan didiamkan for a certain period of time untuk melalui proses fermentasi.

Biasanya lepet disajikan dengan : perasan jeruk nipis, cabe, bawang putih goreng, ebi goreng, wijen, dan berbagai macam kacang-kacangan. Cara menyantapnya: ambil sejumput lepet dengan menggunakan sendok kecil, kemudian sendokkan beberapa garnish kesukaan anda seperti bawang putih goreng, wijen atau lainnya – kemudian pop it into your mouth. Setiap ada acara ngumpul-ngumpul atau pun keriaan, lepet pasti akan menjadi salah satu jenis snack yang disajikan oleh sang tuan rumah yang punya hajatan.

Bicara mengenai teh, satu hal lagi yang sangat common di Myanmar adalah banyaknya teashops atau teahouses disetiap pelosok negeri. Kalau di tanah air kita mengenal dengan akrab Warung Kopi, disini hal yang sama dan common adalah Teashops. Tempat yang sangat popular to gather and to snack. Hampir ditiap sudut jalan pasti ada teashops dengan deretan meja mini dan dingklik-nya (dinklik = kursi pendek) . Tahun lalu I have written about the way how Myanmar people drink tea – rasa yang dapat bilang sangat manis karena dicampur dengan susu kental manis, that’s the way how people drink tea up here.

Karena keberadaan teashop adalah tempat untuk ngumpul-ngumpul – kalau ngumpul dan kongkow kan enaknya sambil ngepul, biasanya banyak tukang sirih, rokok atau cerutu buatan local yang mangkal di teashop. Local Cheroot ini dijual dengan harga Kyats 10 atau sekitar Rp. 100,- – wangi asapnya juga sangat khas. Sampai sangat khasnya I could tell that it is Myanmar Cheroot if I am sitting in the middle of the crowd somewhere outside Myanmar. The same goes to the distinct smell of Indonesian Cigarette such as Gudang Garam. Selain pasar, teashops adalah termasuk tempat yang pertama buka di pagi hari – bahkan ada beberapa yang buka sekitar jam 5 pagi. Definitely a good place for breakfast – having a nice cup of tea milk yang ditemani oleh roti goreng dan cakwe. Mmmh, what a morning ritual to start your day.

Hey, talking about breakfast – what do you prefer to have in the morning? Coffee, tea, me? Ooopsh – that my question to Papap in the morning. I stopped drinking coffee kapan ya? Mmmh, I think it was one of my 2003’s New Year Resolutions. Since then, setiap pagi, nggak harus sih – I have a cup of plain tea instead to welcome my day. So, what would you prefer to have? Coffee, tea, milk, juice or water?

Disamping teh sebagai penyambut hari – I also boost my mood by listening to the music, apa aja deh – something in which easy listening ones, no matter whether lagu baru atau lama, yang penting enak didengar di telinga – dan membuat hati ini semangat.

Talking about music, I just got 2 CDs of Peter Pan Albums: Taman Langit dan Bintang Di Surga. Dari sini we could get mostly Indonesian TV Channels – jadi I am aware lah sama group band Peter Pan ini yang boleh dibilang another ‘Bayi Ajaib’ – julukan yang sama diberikan ketika Sheila on 7 baru muncul ke permukaan blantika musik Indonesia. Apart dari pemberitaan kehidupan pribadi beberapa orang personil band yang sedang melejit ini, I must say, I have to give them two thumbs up for their albums. Ditengah persaingan yang sangat ketat dengan bermunculannya band-band baru di tanah air – Peter Pan dengan mudahnya diterima oleh masyarakat mungkin salah satunya karena kesederhanaannya. Memang bener sih, coba dengerin deh hits lagu-lagu mereka, semuanya simple. Satu hal yang patut diacungkan jempol juga adalah mereka tidak mencoba untuk menjiplak gaya musik dari band tertentu seperti mencoba untuk menjadi U2-U2 an, Queen atau menjadi band yang punya ciri khas tertentu tapi end up jelimet banget untuk didengar apalagi untuk dicerna sampai bisa menulis panjang lebar kaya gini.


The next day after we received the Peter Pan CDs – ‘My Band Members’ at home yang pagi itu salah satunya mau berangkat ke kantor (see the pictures above – Papap on keyboard and Cemara on drums – while me masih tetap as tukang gulung kabel dari tahun ke tahun), mencoba untuk memainkan salah satu hit andalan Peter Pan, Mimpi Yang Sempurna. Menurut si Papap nada dasarnya berkisar di Em-C-G-DCemara juga tidak menemui kesulitan mengiringi si Papap. I always amaze with these 2 band members – karena mereka dengan mudahnya duduk dibelakang keyboard setelah mendengarkan sebuah lagu, dan langsung bisa memainkan nada dasar dari lagu tersebut. Mmmh, ini kali ya bedanya dengan Syl yang nggak punya bakat musik barang setetes pun – makanya jabatan sebagai tukang gulung kabel tetap melekat (oh ada tambahan job description sekarang : to make sure permukaan drum set tetap tertutup handuk selama drummer beraksi supaya penghuni apartment lain tidak terganggu).


Bicara mengenai Peter Pan, tentunya tidak lepas dari Ariel as vocalist dan juga pengarang lyric dari hampir semua lagu-lagu di kedua album mereka. Buat Syl penulis buku, pengarang puisi, pemusik (bisa main salah satu alat musik maksudnya) dan penulis lagu adalah orang-orang yang rare dan gifted. Since I don’t belong to this group of gifted people: listening and learning all the song lyrics written by Ariel is really something for me. He is gifted for having such a wonderful voice yang hard to explain in words and furtheremore, for being able to write songs lyric yang boleh dibilang pendek-pendek tapi mengena dan berhasil menembus pasar musik tanah air dengan dahsyatnya. Fenomena banget.

Duh, I am writing too much on this Peter Pan issue nich – tapi boleh ah sesekali Emaknya Cemara ngeliput mengenai album musik ;). But I must say Peter Pan is one of the Indonesian phenomenon group bands.

Semoga keberadaan Peter Pan langgeng di blantika musik tanah air, tetap berkarya untuk menghibur masyarakat dari berbagai kalangan usia (termasuk ranging usia Emak), dan bisa membangun filter untuk bisa stay away from hal-hal negative yang kerap mengintai kehidupan para artis yang sudah bergelimang harta. Semoga dengan makin terkenal jadi makin low profile – seperti pepatah : padi makin berisi makin merunduk. Ariel, the singer, the young father to be – semoga makin semangat berkarya and keep on rocking, Dude!

Mmmh, it is getting late now – I better make myself a nice cup of tea now while listening to Mimpi Yang Sempurna:

aku kan menghilang dalam pekat malam
lepas ku melayang
biarlah ku bertanya pada bintang-bintang
……. dalam mimpi yang sempurna

39 Responses

  • Pingback: atta

  • Pingback: Q

  • Pingback: syahril bakri

  • Pingback: ika

  • Pingback: Bunda Shafiya

  • Pingback: *)Iin

  • Pingback: ayu wehling

  • Pingback: retno

  • Pingback: flona

  • Pingback: Sjamsir Sjarif

  • Pingback: Sjamsir Sjarif

  • Pingback: rani

  • Pingback: t.w.

  • Pingback: riza

  • Pingback: ita

  • Pingback: Ireyna

  • Pingback: de

  • Pingback: rieke

  • Pingback: jekih

  • Pingback: ika

  • Pingback: mozzas

  • Pingback: Syahrani

  • Pingback: *)Iin

  • Pingback: hani

  • Pingback: Reti

  • Pingback: ninit

  • Pingback: j_si

  • Pingback: chrysalic

  • Pingback: Shafiya

  • Pingback: RahmaRiNa

  • Pingback: Lily

  • Pingback: Ndy

  • Pingback: Luigi

  • Pingback: edhish

  • Pingback: hero

  • Pingback: bayik

  • Pingback: clodi

  • Pingback: ayu wehling

  • Pingback: Nita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *