the story of a lady and a young woman

Kunjungan ke Pabrik Permen

Filed under: Emak-General | Tags: | October 4th, 2004
Post


Adonan gula yang disangkuti di potongan kayu dan ditarik secara berulang-ulang.

Pertama kali diceritakan oleh suaminya Liza, Andreas yang baru saja membuka sebuah Travel Agency di Yangon tentang pabrik permen ini – rasanya tidak tahan untuk segera bisa melihat pabrik ini. Sama lahnya dengan Cemara ketika diberitahu bahwa kita akan mengunjungi pabrik permen tradisional. Andreas mentioned a word of molasses sebagai bahan dasar permen.

Kalau dicheck di kamus:
mo-las-ses \ n : thick brown syrup from raw sugar

Ketika sampai di pabrik permen ini dan melihat kegiatan yang ada didalamnya, benak ini melayang ke masa kecil. Oh, ternyata tehnik pembuatan permen ini sama dengan permen yang dijual di depan SD Syl dulu. Si Mamang yang jual ini akan duduk didepan sebuah penggorengan kecil berisi molasses ini yang sudah diwarnai. Biasanya warna yang dipakai hijau lumut dan warna merah khas yang dikeluarkan dari pewarna murahan. Pada jam turun main, anak-anak biasanya berkumpul ‘ngeriung’ diseputar si Mamang yang akan dengan mudahnya membuat aneka bentuk binatang, bunga, bahkan mainan seperti pistol-pistolan – atau pun apa saja yang anak-anak minta. Sesekali jika diperlukan si Mamang akan meniup adonan gula tersebut. Toh, kami waktu itu tidak perduli akan jumlah bakteri yang dihembuskan si Mamang dan tetap dengan asyiknya menikmati permen yang disajikan dengan pegangan terbuat dari lidi. Biasanya si Mamang tidak mangkal di satu sekolahan, jika hari ini ada – belum tentu si Mamang akan mampir keesokan harinya. Jadi setiap si Mamang datang, pasti dagangannya akan ramai dikerubuti anak-anak. Photo disamping kiri ini adalah adonan sirup gula yang sedang dimasak dengan memakai kayu bakar.


Kiri : Adonan yang sudah dibentuk sebesari jari tangan dan siap dipotong
Kanan : Para pegawai yang sedang mengepak permen yang telah dipotong

Semua proses pembuatan dilakukan dengan cara yang amat sederhana dan tidak memakai alat-alat canggih. Ruangan yang sempit, udara Mandalay yang sedang panas-panasnya, peluh yang mengalir semuanya ini membuat permen tradisional ini menjadi khas. Satu hal yang harus diperhatikan adalah faktor waktu, dimana semuanya harus dilaksanakan dengan cepat karena adonan mudah mengeras. Kami sekeluarga sudah cukup lama tinggal di Mandalay, tetapi baru sekali ini melihat permen tradisional ini.


Adonan gula yang sedang ditarik sebelum dipotong dengan gunting

Dari Pabrik Permen Gula Tradisional dan masih di jalan yang sama, kami juga mengunjungi Pabrik Permen Plum yang jadi satu dengan Pabrik Lilin. Sama halnya dengan permen gula, proses yang dijalani dalam pembuatan Permen Plum adalah sangat tradisional. Bahan dasarnya adalah sama, yaitu sirup gula atau molasses. Terbayang seandainya bahan dasar tersebut dicampur susu yang akan menghasilkan Toffee. Hanya saja sirup gula dicampur dengan Plum Powder.


Kiri : Adonan yang sedang dimasak dan dicampur dengan Plum Powder
Kanan : Plum Powder


Kiri : Permen Plum yang telah dipotong
Kanan : Kemasan Permen Plum

Setelah adonan dicampur dengan Plum Powder, kemudian dituang ke cetakan kayu yang beralaskan karpet plastik yang biasa dipakai oleh kamar kos-kos’an. Setelah kering, adonan siap digarisi dengan mempergunakan kayu dengan ukuran 20 cm x 10 cm dan ada barisan paku menyembul diujungnya dengan jarak sesuai ukuran kotak Permen Plum. Permen pun akan dengan mudah dipatahkan dan siap dimasukkan ke dalam kemasan yang meningatkan akan gerobak dagangan Mang Iyas di samping SD Syl dulu.


Kiri : Kemasan Permen Strawberry
Kanan : Lembaran Permen aneka rasa siap kemas

Selain memproduksi lilin dan permen plum, keluarga ini juga memproduksi permen dengan aneka rasa lainnya. Dimana pembuatannya hampir sama dengan proses pembuatan permen plum, hanya saja ditambahkan tepung beras, perasa buah dan warna. Photo yang terlihat disebelah kanan menunjukkan lembaran permen dengan aneka rasa berdasarkan warnanya, ada rasa strawberry, pisang, melon, jeruk dan lainnya. Kemasan yang terlihat di photo sebelah kiri adalah kemasan permen strawberry yang menarik mata sekali, gunting yang mungkin model ini sudah jarang didapat dan semangkok plastik lem buatan sendiri.

    Lem yang dipergunakan di pabrik permen di atas mengingatkan jaman kecil dulu sewaktu masih menjadi anak murid taman kanak-kanak. Kalau ada pelajaran menempel atau yang lainnya yang mempergunakan perekat, pasti lem yang disediakan sekolah adalah lem dalam mangkok besar hasil buatan dapur sekolah.
    Melihat permen-permen di pabrik yang Syl kunjungi, mengingatkan akan Film yang menjadi favorit di masa kecil yang ditayangkan oleh TVRI, The Little House on The Prairie (1975 – 1982). Diputar setiap hari Minggu siang kalau tidak salah ingat. Tokoh Laura Ingalls, Mrs. Harriet Olesen yang galak dan mempunyai toko kelontong yang juga menjual permen.

34 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *