1
Jalan-jalan ke Pagoda Festival, yuk…
Filed under: Emak-General | Tags: | November 1st, 2004
Sudah hampir 2 minggu ini, ada Pagoda Festival yang lokasinya tidak begitu jauh dari tempat kami tinggal. Banyak sekali tukang jualan di areal Festival ini, sampai arena permainan anak-anak pun ada. Festivalnya lebih ramai di malam hari – hanya saja Syl tidak berani pergi kalau malam, terlalu ramai dan padat sekali. Jadi kita perginya sore aja yuk….

Tikar : Tikar yang dijual sudah diberi pinggiran (berwarna merah) – jadi tidak mudah rusak. Dijual dalam berbagai macam ukuran. Tikar banyak dipergunakan dalam keperluan sehari-hari, terutama untuk alas tidur. Dijual dengan aneka motif dan ada juga yang polos. Selain dibuat menjadi tikar, di photo diatas tampak kipas dengan warna merah dan kuning dan enak tas tangan.

Cemilan : Aneka cemilan juga dijual, seperti kue sagon, sejenis kue moci dan picked tea leaves (acar daun teh) yang biasa dimakan bersama kacang tanah goreng — sebagai teman minum teh. Hei, pinggiran berwarna merah maroon dengan motif bunga putihnya cantik sekali ya.

Lemang : Di Sumatera Barat makanan yang satu ini disebut Lemang dan di Sulawesi Utara di sebut Nasi Jaha. Bambu yang digunakan untuk membuat Lemang ala Myanmar ini ukurannya lebih kecil — menurut penjualnya Lemang mereka terdiri dari campuran ketan dan parutan kelapa. Wah, jadi kangen Nasi Jaha buatan Tante di Bogor — kembali rasa kangen akan rumah dan keluarga menerpa… Home… I miss you so much…

Sayang Anak : Sayang anak … sayang anak … Selama satu minggu kemarin ini anak-anak sekolah di Myanmar libur sekolah selama 1 minggu dalam rangka Full Moon Day of Thadingyut (Festival of Lights), termasuk Cemara. Jadi kalau membuka stand yang menjual mainan anak-anak, hasil penjualan akan lumayan. Melihat aneka mainan yang digantung, mengingatkan akan masa kecil — jamannya jalan-jalan ke Jakarta Fair, sewaktu lokasinya masih di Monas.

Rotan : Aneka barang yang terbuat dari bahan rotan juga banyak dijual — yang berbentuk bulat digantung adalah tempat duduk atau istilahnya kita ‘dingklik‘, topi, tampah, tas, kipas, dll. Oh, ada tempayan juga yang berwarna tanah liat dan tumpukan batu yang berwarna abu-abu adalah gilingan kayu ‘Thanaka‘ — bedak dingin khas Myanmar.

‘Bianglala’ : Ukurannya hanya se-per sekiannya ‘Bianglala‘ yang ada di Dunia Fantasi. Tampak di belakangnya ada ‘Marry goes Around’ — hiburan untuk anak-anak selama Pagoda Festival ini berlangsung. Jadi mengingatkan akan mainan ‘Cangkir-cangkiran’ yang ada di Taman Ria Senayan jaman masa kecil dulu.
Eh, sudah mau maghrib — pulang yuk …, Syl harus mempersiapkan makanan pembuka puasa. I hope you enjoy the ‘sight seeing’ to the Pagoda Festival with me.
Pingback: riri
Pingback: de
Pingback: *)Iin
Pingback: abhirhay
Pingback: ika
Pingback: ida
Pingback: dino
Pingback: Floo
Pingback: Juju
Pingback: astri
Pingback: Dayu
Pingback: t.w.
Pingback: Fairy Mahdzan
Pingback: j_si
Pingback: riri
Pingback: rieke
Pingback: Bunda Shafiya/ Dr Rosalina
Pingback: Tira
Pingback: dwi nya nadja
Pingback: hani
Pingback: ika
Pingback: nikeyudi
Pingback: Dayu
Pingback: Dayu
Pingback: Tira
Pingback: q2
Pingback: de
Pingback: ika
Pingback: *)Iin
Pingback: zubia&mom